![]() |
Angin membisik kencang ke gendang telinga.
Anjungan ini mendadak riuh, meski tanpa siapapun.
Dengan umpatan tanpa suara aku berdiri,
Lalu berteriak memanggil mereka yang telah mau mengikuti.
Tidak sampai separuh awak kapal ini berhampuran memeriksa.
Sisanya memilih mengunci diri karena belum mau mempercayai.
Beberapa menyusulku dan bersuara.
Aku mendengar.
Aku menimbang.
Aku melihat.
Aku tau yang sedang terjadi.
Mereka menunggu.
Menunggu sebuah keputusan keluar dari mulut kapten kapal ini.
Aku.
Badai akan selalu datang.
Tanpa mengenal kapan, bahkan tanpa peringatan.
Kapal hantu ini akan berusaha menghadapi segalanya.
Meski layar penuh lubang.
Meski badan kapal penuh tambalan.
Kapal hantu ini akan terus mengarungi samudra tak berujung dan menghadapi apa yang berada dalam pandangan.
Setiap awak kapal memberikan suara yang menggaung menyelimuti kapal.
Akan selalu ada perdebatan disetiap badai yang akan datang.
Tapi mereka tahu, kapten mereka hanya punya satu pilihan.
Menghadapi.
Sekalipun harus melawan petir.
Sekalipun dihadapkan oleh pusaran.
Sekalipun dikelilingi bangkai kapal yang mengapung disekitaran.
Sekalipun dibalut dengan banyaknya keraguan.
Aku akan berteriak.
"Kencangkan layar! Semua di posisi masing-masing"
Diantara deburan ombak yang menghantam badan kapal.
Angin kencang yang berhembus dari berbagai arah.
Sambaran petir seolah pecut gila yang dimainkan orang buta.
Dan suara guntur yang memekakkan telinga.
Ditimpa dengan lantunan gugusan kata.
Katakan.
Katakanlah.
Katakanlah padaku.
Bagaimana aku harus meyakinkan kami,
Bahwa kapal hantu ini akan berhasil melewati badai kali ini.
Seperti badai-badai yang sudah terlewati.
Hingga ti ba ha gi a.
La Vita Va Avanti.
Anjungan ini mendadak riuh, meski tanpa siapapun.
Dengan umpatan tanpa suara aku berdiri,
Lalu berteriak memanggil mereka yang telah mau mengikuti.
Tidak sampai separuh awak kapal ini berhampuran memeriksa.
Sisanya memilih mengunci diri karena belum mau mempercayai.
Beberapa menyusulku dan bersuara.
Aku mendengar.
Aku menimbang.
Aku melihat.
Aku tau yang sedang terjadi.
Mereka menunggu.
Menunggu sebuah keputusan keluar dari mulut kapten kapal ini.
Aku.
Badai akan selalu datang.
Tanpa mengenal kapan, bahkan tanpa peringatan.
Kapal hantu ini akan berusaha menghadapi segalanya.
Meski layar penuh lubang.
Meski badan kapal penuh tambalan.
Kapal hantu ini akan terus mengarungi samudra tak berujung dan menghadapi apa yang berada dalam pandangan.
Setiap awak kapal memberikan suara yang menggaung menyelimuti kapal.
Akan selalu ada perdebatan disetiap badai yang akan datang.
Tapi mereka tahu, kapten mereka hanya punya satu pilihan.
Menghadapi.
Sekalipun harus melawan petir.
Sekalipun dihadapkan oleh pusaran.
Sekalipun dikelilingi bangkai kapal yang mengapung disekitaran.
Sekalipun dibalut dengan banyaknya keraguan.
Aku akan berteriak.
"Kencangkan layar! Semua di posisi masing-masing"
Diantara deburan ombak yang menghantam badan kapal.
Angin kencang yang berhembus dari berbagai arah.
Sambaran petir seolah pecut gila yang dimainkan orang buta.
Dan suara guntur yang memekakkan telinga.
Ditimpa dengan lantunan gugusan kata.
Katakan.
Katakanlah.
Katakanlah padaku.
Bagaimana aku harus meyakinkan kami,
Bahwa kapal hantu ini akan berhasil melewati badai kali ini.
Seperti badai-badai yang sudah terlewati.
Hingga ti ba ha gi a.
La Vita Va Avanti.
0 comments:
Posting Komentar